WHO: Kecanduan Gadget Dapat Memincu Gangguan Mental
Direktur Divisi Kebijakan dan Sistem Kesehatan Negara sekaligus pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Natasha Azzopardi Muscat mendesak para pemimpin di dunia untuk membatasi penggunaan perangkat komunikasi gadget. Tak hanya gadget, seruan itu juga berlaku untuk perangkat elektronik portabel lainnya. Perintah tersebut dilontarkan setelah sebuah studi WHO menunjukan bahwa penggunaan ponsel secara berlebihan bisa memicu dampak negatif. Bahkan dalam seruannya Natasya menyebut ketergantungan pada perangkat komunikasi ini sama bahayanya dengan kecanduan nikotin dalam rokok.
Apabila perangkat elektronik digunakan secara berlebihan, terutama di kalangan remaja, hal tersebut dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada pendidikan, dan produktivitas hingga berpotensi memicu gangguan pada kesehatan mental. Tak sampai di situ, bahaya kecanduan media sosial juga telah meningkatkan kasus kekerasan hingga pelecehan, menyebabkan sejumlah anak muda membahayakan diri sendiri sampai bunuh diri. Menurut hasil survei studi WHO yang melibatkan 280.000 orang berusia 11 hingga 15 tahun, menunjukkan satu dari 10 orang mengalami ketergantungan media sosial.
Ledakan Keras di Pusat Tel Aviv, Belasan Tentara Israel Roboh Dalam Sehari di Front Gaza Lebanon Halaman 4 Hal senada juga diungkap oleh peneliti King's College London. Dalam studinya di bulan, Agustus King's College London mencatat setidaknya ada 33 persen remaja yang menderita gangguan Problematic Smartphone Use (PSU), ditandai dengan munculnya kecemasan hingga depresi akut.
Alasan tersebut yang membuat WHO khawatir hingga mendesak para pemimpin negara termasuk Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen untuk mengambil tindakan dan indikator spesifik guna mengurangi kecanduan dan waktu penjajalan ponsel yang berlebihan di era digital. Diantaranya dengan cara memperketat regulasi, termasuk pembatasan usia dan pembentukan “zona terlarang” untuk penggunaan perangkat digital agar bisa menurunkan angka ketergantungan gadget pada generasi muda. "Mungkin kita perlu memikirkan waktu yang tepat untuk menggunakan perangkat digital. Mungkin kita juga perlu memikirkan tempat tempat tertentu di mana perangkat digital tak boleh digunakan," ungkap Natasha, dalam sebuah wawancara, yang dikutip Yahoo Finance.
Merespon desakan yang disuarakan WHO, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pihaknya akan mengambil tindakan dan indikator spesifik untuk mengurangi kecanduan dan waktu penjajalan ponsel yang berlebihan di era digital. Sementara beberapa negara maju lainnya mengungkap bahwa mereka telah mengambil langkah untuk mengurangi penjajalan smartphone (screen time) pada anak kecil. Misalnya saja di Belanda, Hungaria, Prancis, Mesir, dan Inggris, yang telah melarang smartphone di dalam kelas.
Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
Post Comment